Laman

Selasa, 29 Oktober 2013

mastitis pada sapi perah

MASTITIS PADA SAPI PERAH
Sumber Berita : Bidang Keswan

http://www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng/admin/image/Untitled.jpg
Radang ambing atau mastitis pada sapi perah merupakan radang yang bersifat akut, subakut maupun kronis, ditandai oleh kenaikan sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu dan disertai atau tanpa disertai patologis pada kelenjar mammae. Mastitis pada sapi perah merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan, karena menurunkan kualitas dan produksi susu .
Mastitis pada sapi perah disebabkan oleh berbagai jenis mikroba patogen yang masuk ke dalam ambing melalui saluran puting susu. Resistensi atau kepekaan terhadap mastitis pada sapi, kambing atau domba bersifat menurun. Gen-gen yang menurun akan menentukan ukuran dan struktur puting.
Kerugian kasus mastitis antara lain kehilangan produksi susu, kualitas dan kuantitas susu berkurang, banyak sapi yang diculling. Penurunan produksi susu per kuartir bisa mencapai 30% atau 15% per sapi per laktasi, sehingga menjadi permasalahan besar dalam industri sapi perah.
http://i1149.photobucket.com/albums/o583/salmanisme/DSC08213.jpg
Patogenesis
Proses mastitis hampir selalu dimulai dengan masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui lubang puting (sphincter puting). Sphincter puting berfungsi untuk menahan infeksi kuman. Pada dasarnya, kelenjar mammae sudah dilengkapi perangkat pertahanan, sehingga air susu tetap steril. Perangkat pertahanan yang dimiliki oleh kelenjar mammae, antara lain : perangkat pertahanan mekanis, seluler dan perangkat pertahanan yang tidak tersifat (non spesifik). Penularan mastitis dari seekor sapi ke sapi lain dan dari  kuarter terinfeksi ke kuarter normal bisa melalui tangan pemerah, kain pembersih, mesin pemerah dan lalat.

Faktor lingkungan dan pengelolaan peternakan yang banyak mempengaruhi terjadinya radang ambing meliputi : pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu kandang, ventilasi, sanitasi kandang dan cara pemerahan susu. Pada ventilasi jelek, mastitis mencapai 87,5%, ventilasi yang baik mencapai 49,39%
http://i1149.photobucket.com/albums/o583/salmanisme/Untitled1.jpg
Gejala Klinis
Secara klinis radang ambing dapat berlangsung secara akut, subakut dan kronik. Radang dikatakan bersifat subklinis apabila gejala-gejala klinis radang tidak ditemukan saat pemeriksaan ambing. Pada proses radang yang bersifat akut, tanda-tanda radang jelas ditemukan, seperti : kebengkakan ambing, panas saat diraba, rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah sifat, seperti : pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel maupun gumpalan protein. Proses yang berlangsung secara subakut ditandai dengan gejala sebagaimana di atas, namun derajatnya lebih ringan, ternak masih mau makan dan suhu tubuh masih dalam batas normal. Proses berlangsung kronis apabila infeksi dalam suatu ambing berlangsung lama, dari suatu periode laktasi ke periode berikutnya. Proses kronis biasanya berakhir dengan atropi kelenjar mammae. 
http://i1149.photobucket.com/albums/o583/salmanisme/Untitled2.jpg
Diagnosis
Pengamatan secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu, perubahan warna air susu yang dihasilkan. Uji lapang dapat dilakukan dengan menggunakan California Mastitis Test (CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus
http://i1149.photobucket.com/albums/o583/salmanisme/DSC08218.jpg
Pengobatan
Sebelum menjalankan pengobatan sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. Resistensi Staphylococcus aureus terhadap penicillin disebabkan oleh adanya β- laktamase yang akan menguraikan cincin β- laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin. Pengobatan mastitis sebaiknya menggunakan Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol.
Disinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria bisa mengatasi mastitis. Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan antihistamin dianjurkan juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri penyebab mastitis, sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan peradangan.

Pencegahan
Pencegahan terhadap mastitis ditempuh melalui  dipping  puting sehabis pemerahan dengan antiseptika, antara lain: alkohol 70 %, Chlorhexidine 0,5%, kaporit 4% dan Iodophor 0,5 – 1%
Guna mencegah infeksi baru oleh bakteri penyebab mastitis, maka perlu beberapa upaya, antara lain :
  • Meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi bakteri dan penetrasi bakteri ke saluran puting.
  • Air susu pancaran pertama saat pemerahan ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis. Pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air). Penggunaan lap yang berbeda untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan. 
  • Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi bakteri penyebab mastitis. Suplementasi vitamin E, A dan β-karoten serta imbangan antara Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu diupayakan untuk menekan kejadian mastitis.




Daftar isi
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng/admin/image/Untitled.jpg&imgrefurl=http://www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng/detailberita.php%3Fid%3D333&usg=__KtLIPtJh4ZhJ0ZfHuVVlY9EeiRg=&h=479&w=640&sz=84&hl=en&start=13&zoom=1&tbnid=KZ_Zv40hHCJgIM:&tbnh=103&tbnw=137&ei=_q5OUsDeDZDPrQfdr4GICA&prev=/search%3Fq%3DMASTITIS%2BSUBKLINIS%2BPADA%2BSAPI%2BPERAH%2BYANG%2BDISEBABKAN%2BOLEH%2BStaphylococcus%2Baureus%26client%3Dfirefox-a%26hs%3Ddg5%26sa%3DX%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26tbm%3Disch%26prmd%3Divns&itbs=1&sa=X&ved=0CEQQrQMwDA

Tidak ada komentar: