MASTITIS PADA SAPI PERAH
Sumber Berita : Bidang Keswan
Sumber Berita : Bidang Keswan
Radang ambing atau mastitis pada
sapi perah merupakan radang yang bersifat akut, subakut maupun kronis, ditandai
oleh kenaikan sel di dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan air susu
dan disertai atau tanpa disertai patologis pada kelenjar mammae. Mastitis pada
sapi perah merupakan salah satu penyakit yang sangat merugikan, karena
menurunkan kualitas dan produksi susu .
Mastitis pada sapi perah disebabkan
oleh berbagai jenis mikroba patogen yang masuk ke dalam ambing melalui saluran
puting susu. Resistensi atau kepekaan terhadap mastitis pada sapi, kambing atau
domba bersifat menurun. Gen-gen yang menurun akan menentukan ukuran dan
struktur puting.
Kerugian
kasus mastitis antara lain kehilangan produksi susu, kualitas dan kuantitas
susu berkurang, banyak sapi yang diculling. Penurunan produksi susu per kuartir
bisa mencapai 30% atau 15% per sapi per laktasi, sehingga menjadi permasalahan
besar dalam industri sapi perah.
Patogenesis
Proses mastitis
hampir selalu dimulai dengan masuknya mikroorganisme ke dalam kelenjar melalui
lubang puting (sphincter puting). Sphincter puting berfungsi untuk menahan
infeksi kuman. Pada dasarnya, kelenjar mammae sudah dilengkapi perangkat
pertahanan, sehingga air susu tetap steril. Perangkat pertahanan yang dimiliki
oleh kelenjar mammae, antara lain : perangkat pertahanan mekanis, seluler dan
perangkat pertahanan yang tidak tersifat (non spesifik). Penularan mastitis
dari seekor sapi ke sapi lain dan dari kuarter terinfeksi ke kuarter
normal bisa melalui tangan pemerah, kain pembersih, mesin pemerah dan lalat.
Faktor
lingkungan dan pengelolaan peternakan yang banyak mempengaruhi terjadinya
radang ambing meliputi : pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu
kandang, ventilasi, sanitasi kandang dan cara pemerahan susu. Pada ventilasi
jelek, mastitis mencapai 87,5%, ventilasi yang baik mencapai 49,39%
Gejala Klinis
Secara
klinis radang ambing dapat berlangsung secara akut, subakut dan kronik. Radang
dikatakan bersifat subklinis apabila gejala-gejala klinis radang tidak
ditemukan saat pemeriksaan ambing. Pada proses radang yang bersifat akut,
tanda-tanda radang jelas ditemukan, seperti : kebengkakan ambing, panas saat
diraba, rasa sakit, warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah
sifat, seperti : pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel
maupun gumpalan protein. Proses yang berlangsung secara subakut ditandai dengan
gejala sebagaimana di atas, namun derajatnya lebih ringan, ternak masih mau
makan dan suhu tubuh masih dalam batas normal. Proses berlangsung kronis
apabila infeksi dalam suatu ambing berlangsung lama, dari suatu periode laktasi
ke periode berikutnya. Proses kronis biasanya berakhir dengan atropi kelenjar
mammae.
Diagnosis
Pengamatan
secara klinis adanya peradangan ambing dan puting susu, perubahan warna air
susu yang dihasilkan. Uji lapang dapat dilakukan dengan menggunakan California
Mastitis Test (CMT), yaitu dengan suatu reagen khusus
Pengobatan
Sebelum menjalankan pengobatan
sebaiknya dilakukan uji sensitifitas. Resistensi Staphylococcus aureus terhadap
penicillin disebabkan oleh adanya β- laktamase yang akan menguraikan cincin β-
laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin. Pengobatan mastitis sebaiknya
menggunakan Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol.
Disinfeksi
puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria bisa mengatasi
mastitis. Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan
antihistamin dianjurkan juga. Antibiotik akan menekan pertumbuhan bakteri
penyebab mastitis, sedangkan dexamethasone dan antihistamin akan menurunkan
peradangan.
Pencegahan
Pencegahan
terhadap mastitis ditempuh melalui dipping puting sehabis pemerahan
dengan antiseptika, antara lain: alkohol 70 %, Chlorhexidine 0,5%, kaporit 4%
dan Iodophor 0,5 – 1%
Guna
mencegah infeksi baru oleh bakteri penyebab mastitis, maka perlu beberapa
upaya, antara lain :
- Meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi bakteri dan penetrasi bakteri ke saluran puting.
- Air susu pancaran pertama saat pemerahan ditampung di strip cup dan diamati terhadap ada tidaknya mastitis. Pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air). Penggunaan lap yang berbeda untuk setiap ekor sapi, dan pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan.
- Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap infeksi bakteri penyebab mastitis. Suplementasi vitamin E, A dan β-karoten serta imbangan antara Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu diupayakan untuk menekan kejadian mastitis.
Daftar isi
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng/admin/image/Untitled.jpg&imgrefurl=http://www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng/detailberita.php%3Fid%3D333&usg=__KtLIPtJh4ZhJ0ZfHuVVlY9EeiRg=&h=479&w=640&sz=84&hl=en&start=13&zoom=1&tbnid=KZ_Zv40hHCJgIM:&tbnh=103&tbnw=137&ei=_q5OUsDeDZDPrQfdr4GICA&prev=/search%3Fq%3DMASTITIS%2BSUBKLINIS%2BPADA%2BSAPI%2BPERAH%2BYANG%2BDISEBABKAN%2BOLEH%2BStaphylococcus%2Baureus%26client%3Dfirefox-a%26hs%3Ddg5%26sa%3DX%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26tbm%3Disch%26prmd%3Divns&itbs=1&sa=X&ved=0CEQQrQMwDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar