BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Jahe
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan
rumpun berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India
sampai Cina. Oleh
karena
itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali
memanfaatkan
jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan
obat-obatan
tradisional.
2.1.1 Nama Daerah
Tanaman jahe memiliki nama daerah antara lain
halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi
(Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo),
geraka (Ternate), dsb.
2.1.2 Sejarah
Jahe diperkirakan berasal
dari India. Namun ada pula yang
mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Tiongkok Selatan. Dari India, jahe dibawa
sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan
rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.
2.1.3 Deskripsi
Tanaman
Tanaman jahe (Zingiber officinale Roscoe)
termasuk keluarga Zingiberaceae yaitu suatu tanaman rumput-rumputan tegak
dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya dapat mencapai 120
cm daunnya sempit, berwarna hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga
ungu gelap berbintik-bintik putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu.
Akarnya yang bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau jingga dan
berserat.
Tanaman jahe secara
botani dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophyta
Sub-divisi :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Musales
Famili :
Zingiberaceae
Genus :
Zingiber
Species :
Officinale
Gambar 1. Rimpang jahe
Jahe
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpangnya.
Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1).
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya
lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas
lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur
tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
2). Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga
jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit
menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak
atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas,
disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak
oleoresin dan minyak atsirinya.
3).
Jahe merah Rimpangnya berwarna merah dan
lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah
selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama
dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
2.1.4 Kandungan Kimia
Rimpang jahe
mengandung 2 komponen, yaitu:
1. Volatile
oil (minyak menguap)
Biasa disebut
minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua
komponen utama minyak jahe. Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%,
sedangkan jahe segar yang tidak dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak
dari jahe kering. Bagian tepi dari umbi atau di bawah kulit pada jaringan
epidermis jahe mengandung lebih banyak minyak atsiri dari bagian tengah
demikian pula dengan baunya. Kandungan minyak atsiri juga ditentukan umur panen
dan jenis jahe. Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi.
Sedangkan pada umur tua, kandungannyapun makin menyusut walau baunya semakin
menyengat.
2. Non-volatile
oil (minyak tidak menguap)
Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa
kandungan jahe yang sering diambil, dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit.
Sifat pedas tergantung dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa
pedas dan pahit. Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung
minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoresin
dapat menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit,
mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa pedas kurang karena
kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan serta
proses pengeringan dengan sinar matahari atau dengan mesin mempengaruhi terhadap
banyaknya oleoresin yang dihasilkan.
Table 1.
Komponen Volatil dan Non-volatil Rimpang Jahe
Fraksi
|
Komponen
|
Volatile
Non-volatile
|
(-)-zingeberene,
(+)-ar-curcumene, (-)-β-sesquiphelandrene,
-bisaboline,
-pinene, bornyl acetat, borneol, camphene,
-cymene,
cineol, cumene, β-elemene, farnesene,
β-phelandrene,
geraneol, limonene, linalool, myrcene,
β-pinene,
sabinene.
Gingerol,
shogaol, gingediol, gingediasetat, Gingerdion,
Gingerenon.
|
Sumber : WHO Monographs
on selected medicinal plants Vol 1,1999
Kandungan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terutama golongan
flavonoida, fenolik, terpenoida, dan minyak atsiri (Benjelalai, 1984). Senyawa
fenol jahe merupakan bagian dari komponen oleoresin, yang berpengaruh dalam
sifat pedas jahe (Kesumaningati, 2009), sedangkan senyawa terpenoida adalah
merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau, dapat diisolasi dari
bahan nabati dengan penyulingan minyak atsiri. Monoterpenoid merupakan
biosintesa senyawa terpenoida, disebut juga senyawa “essence” dan
memiliki bau spesifik. Senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai
antiseptik, ekspektoran, spasmolitik, sedative, dan bahan pemberi aroma makanan
dan parfum. Menurut Nursal, 2006 senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan
fenolik, flavanoiada, terpenoida dan minyak atsiri yang terdapat pada ekstrak
jahe diduga merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat menghambat
pertumbuhan bakeri.
2.1.5 Antioksidan Pada Jahe
Menurut
Kusumaningati RW (2009) kemampuan jahe sebagai antioksidan alami tidak terlepas
dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya, dimana jahe
memiliki kadar fenol total yang tinggi dibandingkan kadar fenol yang terdapat
dalam tomat dan mengkudu. Gingerol dan shogaol telah diidentifikasi sebagai
komponen antioksidan fenolik jahe.
Rimpang jahe
juga bersifat nefroprotektif terhadap mencit yang diinduksi oleh gentamisin,
dimana gentamisin meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) dan jahe
yang mengandung flavanoida dapat menormalkan kadar serum kreatinin, urea dan
asam urat (Laksmi B.V.s ., Sudhakar M, 2010).
2.1.6 Farmakokinetik Jahe
Menurut Zick
SM, et al ., 2008. Pada manusia konjugat
jahe mulai muncul 30 menit setelah pemberian melalui oral, dan mencapai Tmax
antara 45 -120 menit, dengan t½ eliminasi 75 – 120 menit pada dosis dua gram.
Pada uji ini tidak ada efek samping dilaporkan setelah menggunakan 2 g ekstrak
jahe.
2.2 Gingerol
Gingerol adalah grup fenol
yang ditemukan di jahe dan memberikan manfaat kesehatan karena sifat
antioksidannya. Walaupun dalam bentuk kering, jahe bubuk memiliki shogaol, yang
merupakan bentuk dehidrasi dari gingerol. Shogaol juga dikenal aktivitas
antioksidannya dan dilaporkan memiliki aktivitas anti-radang dan anti-kanker.
1.
Struktur kimia, sifat
dan golongan
2.
Struktur
Rumus molekul gingerol
C17H26O413.
Gambar 2. Struktur
gingerol2.
2.2.1 Sifat
Senyawa
gingerol memiliki banyak gugus hidroksil sehingga bersifat polar10.zat
pedas gingerol yaitu: (6)-gingerol 6085%; (4)-gingerol;(8)-gingerol 5-15%,
(10)-gingerol 6-22% (12)-gingerol; (6)-methylgingerdiol11.Gingerol
merupakan senyawa yang labil terhadap panas baik selama penyimpanan maupun pada
waktu permrosesan, sehingga gingerol sulit untuk dimurnikan, dan akan berubah
menjadi shogaol. Tingkat kepedasan menentukan kualitas minyak jahe. Metode yang
paling sederhana untuk menilai tingkat kepedasan adalah dengan
organoleptic karena sangat subyektif dan mempunyai hasil yang
berbeda-beda. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan HPLC13.
Sifat kimia fisika
dari gingerol1,16:
·
Berat molekul: 294,39
g/mol.
·
Bentuk: minyak
berwarna kuning muda atau kristal.
·
Penyimpanan: disimpan
dalam wadah tertutup rapat.
·
Massa jenis: 1,083
g/cm3.
·
Titik didih: 453oC.
2.2.2 Golongan
Gingerol
merupakan golongan fenol yang merupakan desinfektan yang paling umum yang
digunakan di laboratorium sebagai penghambat pertumbuhan kuman atau
membunuhnya. Kandungan gingerol dalam minyak jahe sekitar 20 sampai 30 persen
berat jahe9,10
·
Rimpang jahe
juga mengandung flavonoid, 10- dehydrogingerdione, gingerdione, arginine,
á-linolenic
acid,aspartia acid , kanji, lipid, kayu damar, asam amino,
protein, vitamin A dan niacin serta mineral. Kadar olesinnya mencapai 3%3,7.
·
Asam-asam organik
seperti asam malat dan asam oksalat, Vitamin A, B (colin dan asam folat), dan
C, senyawa- senyawa flavonoid, polifenol, aseton ,methanol, cineole, dan
arginine12.
·
Senyawa utama
dalam tanaman jahe yaitu gingerol. Gingerol merupakan golongan dari fenol
dari poliketida pada jalur asam asetat.
2.2.3 Efek farmakologi
·
Minyak jahe berisi
gingerol yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual
dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil muda.
Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu
mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung9.
·
Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi
mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung.
Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol7.
·
6-gingerol merupakan
komponen zat pedas berefek sebagai antiemetika8.
·
Kandunga gingerol pada
rimpang jahe memiliki efek analgesic, sedative, antipiretik dan anti bakteri
secara in vitro maupun pada hewan coba9.
·
Gingerol, shogaol, dan
gingerone memiliki antioksidan di atas vitamin E, selain itu juga memiliki
aktifitas anti-inflamasi dan efek kemopreventif yang menunjukkan pencegahan
timbulnya kanker pada percobaan karsinogenesis5.
·
Gingerol dan paradol
juga beraktifitas sebagai anti-tumor yang dapat menahan tumbuh suburnya sel
kanker pada tubuh manusia5.
·
Gingerol dan shogaol
berfungsi sebagai antihepatotoksik terhadap CCl4 dan
galaktosamin penyebab sitotoksik pada hati tikus10.
·
Senyawa (6)-gingerol,
(8)-gingerol dan (10)-gingerol dapat mengurangi aktivitas kardiotonik10.
·
Gingerol sebagai anti
leukemia yang menginduksi sel leukemia apoptosis15.
·
Bertindak sebagai agen
anti-bcl-215.
·
Dapat mencegah
perkembangan sel kanker pada usus besar15.
·
Melindungi terhadap
radiasi15.
2.3 Krim
Krim
adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari
60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe
air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat
pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik
(Anief, 2000).
Menurut (Ditjen POM,1995) krim adalah bentuk
sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini
batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat
melalui vaginal.
Krim disebut juga
salep yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan sejuk bila
dioleskan pada kulit. Sebagai vehikulum dapat dipakai emulsi kental berupa
emulsi M/A atau emulsi A/M. Krim lebih mudah dibersihkan dari kulit dari pada
salep yang menggunakan vaseline sebagai vehikulum (Joenoes, 1990).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar